PENDAHULUAN
Allah memerintahkan kepada kita untuk
puasa Ramadhan agar kita bisa menjadi orang-orang bertakwa. Kita diperintah
untuk meninggalkan hawa nafsu, yang boleh dan ringan untuk dicapai, dengan
harapan kita dapat melaksanakan dengan sepenuh hati untuk mengharapkan pahala
dan mendapatkan ridho-Nya.
Diantara bukti bertaqwa kepada Allah
adalah bertambah kuatnya sisi moral seseorang sehingga ia dapat menguasai sisi
material pada dirinya sendiri. Jika sisi material seseorang menang dan
menguasai seseorang tersebut maka ia akan menjadi hewan, pada hal manusia
merupakan ruh atau moral. Dan jika ruh atau moral adalah kuat pada diri
manusia, maka ia akan memiliki cita-cita yang dan tujuan luhur melebihi
malikat.
Sisi materi adalah jalan setan untuk
memperdaya manusia. Dengan berpuasa jalan ini akan tertutup dan dapat mengkikis
habis sisi materi. Di samping hal itu puasa juga akan menghalangi jalan syahwat
yang dapat menjerumuskan pada muda-mudi kedalam jurang kenistaan.'
Salah satu hadits menyebutkan keutamaan
berpuasa yang artinya sebagai
berikut:
"Dari Abu Hurairah r.a. Jari Nabi, belia bersabda:
Barang siapa yang berpuasa di bualan Ramadhan dengan keimanan dan hanya karena
perintah Allah, akan diampuni segala dosanya yang tealah lalu oleh Allah.
"(H. R. Bukhari dan Muslim).[1]
Dalam makalah ini akan dibahas surat
al-Baqarah ayat 183-184 yang berakaitan dengan kewajiban berpuasa yaitu; pertama.bagaimanakah bunyi surat al-
Baqarah ayat 183-184, kedua,
bagaimanakah arti surat al-Baqarah ayat 183-184, ketiga,
bagaimanakah tafsir mufrodat surat al-Baqarah ayat 183-184, keempat, bagaimanakah sabab an-Nuzaul
surat al-Baqarah ayat 183-184, dan yang terakhir (kelima)
bagaimanakah kandungan surat al-Baqarah ayat 183-184.
PEMBAHASAN
A.
Teks al-Baqarah ayat 183-184
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$#
$yJx.
|=ÏGä. n?tã
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs?
ÇÊÑÌÈ $YB$r&
;Nºyrß÷è¨B 4
`yJsù
c%x.
Nä3ZÏB $³ÒÍ£D ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB
BQ$r&
tyzé& 4
n?tãur
úïÏ%©!$#
¼çmtRqà)ÏÜã
×ptôÏù ãP$yèsÛ
&ûüÅ3ó¡ÏB
(
`yJsù
tí§qsÜs? #Zöyz
uqßgsù ×öyz ¼ã&©!
4
br&ur
(#qãBqÝÁs? ×öyz öNà6©9 (
bÎ)
óOçFZä.
tbqßJn=÷ès?
ÇÊÑÍÈ
B.
Terjemah al-Baqarah ayat 183-184
183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
184.
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.3
atas
kalian
|
diwajibkan
|
Mereka beriman
|
orang-orang yang
|
wahai
|
orang-orang
yang
|
atas
|
diwajibkan
|
sebagaimana
|
berpuasa
|
(kalian) bertakwa
|
agar kamu
|
sebelum kalian
|
Dari
|
|
Di
antara kalian
|
(adalah ia)
|
Maka barang siapa
|
Yang tertentu
|
Beberapa hari
|
Maka
hitunglah
|
perjalanan
|
dalam
|
atau
|
sakit
|
orang-orang
yang
|
Dan atas
|
lain
|
hari-hari
|
dari
|
Maka
Barangsiapa
|
seorang miskin
|
memberi makan
|
Fidyah/denda
|
Mereka berat menjalankannya
|
baginya
|
lebih baik
|
Maka ia (itu)
|
kebajikan
|
mengeijakan
|
jika
|
Bagi kalian
|
lebih baik
|
Kalian berpuasa
|
Dan bahwa
|
(kalian) mengetahui
|
kamu
|
A. Tafsir al- Mufradat
Al-shaum
Secara bahasa berarti menahan sesuatu dan meninggalkannya, sedangkan
menurut pengertian terminologi puasa sering didefinisikan sebagai pebuatan yang
berupa menahan dari makan, minum dan hubungan suami istri disertai niat, mulai
dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.[3]
Al-‘adah Menurut al-Raghib al-Asfahanl, kata tersebut menunjuk sesuatu yang dihitung.
Dapat melaksanakan puasa tapi dengan menderita.[4]
La’alakum tattaquun Menjaga dirimu dari perrbuatan maksiat, karena puasa itu
dapat membendung hawa nafsu yang menjadi pendorong terjadinya maksiat.[5]
B. D. Sabab al- Nuzul
Ibn JarTr meriwayatkan dari Mu'adh bin Jabal r.a. bahwa ia
berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW, tiba di Madinah lalu ia berpuasa 'Ashura' dan/tiga hari setiap bulan,
kemudian Allah SWT mewajibkan pusa Ramadhan, maka turunlah ayat " Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa " sehingga ayat " dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang
miskin ", maka siapa yang suka berpuasa (berpuasalah ia) dan
yang suka tidak berpuasa (iapun tidak berpuasa) dan memberi makan seorang yang
miskin, lalu Allah SWT mewajibkan berpuasa bagi orang yang sehat dan mukmin di
negrinya, dan tepatlah (ketentuan mengganti puasa yang ditinggalkan dengan)
memberi makan seoreang miskin bagi orang tua yang tidak kuat berpuasa,maka
turunlah ayat " maka barang siapa diantara
kamu melihat bulan itu, hendaklai ia berpuasa".[6]
C. Kandungan Ayat
Tuhan teriah mewajibkan kita (umat Muhammad), untuk berpusa
sebagaimana para mukmin dan pemeluk agama-agama sebelum kita juga diwajibkan
berpuasa. Ungkapan ayat al-Baqarah 183 ini mengandung motivasi (pendorong)
kepada kita untuk menjalankan puasa. Meskipun puasa itu ibadah yang berat,
tetapi bukan kita saja yang wajib berpuasa, umat-umat sebelum kita juga
diwajibkan puasa dan mereka mampu menjalankannya.[7]
Pada dasarnya diwajibkannya puasa itu kepada kita agar kita
mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Caranya adalah meninggalkan
keinginan yang mudah didapat dan halal,demi menjalankan perintah dan
mendapatkan pahala-Nya. Dengan demikian, maka mental kita terlatih di dalam
menghadapi godaan nafsu syahwat yang diharamkan, dan kita dapat menahan diri
untuk tidak melakukannya.
Dengan berpuasa akan suburlah kemauan dan kehendak
mengendalikan nafsu dan meninggalkan keinginan-keinginan nafsu yang haram,
selain kita akan dapat bersabar. [8]
Dengan firman Allah ini kita bisa mengetahui dan meyakini
bahwa puasa diwajibkan Allah mengandung kemanfaatan yang berguna bagi diri kita
sendiri, bukan seperti yang dipercayai oleh para penyembah berhala, yang
berkeyakinan puasa, puasa untuk menghilangkan kemarahan tuhan-tuhan ketika mereka
mengerjakan sesuatu yang tidak disenanginya, untuk menarik perhatian tuhan agar
mengabulkan suatu permintaannya. Tuhan- tuhan itu tidak menyukai, kecuali
mengazab jiwa dan menghilangkan kenikmatan rohani.
Kepercayaan ini tersebar dikalangan ahli kitab, dan Islam
datang menghapus kepercayaan yang tidak masuk akal itu.
Tentang puasa menyiapkan diri kita menjadi orang yang
bertakawa, kenyataannya (dalam realitas) dapat dilihat dari beberapa jalan.
Yang terpenting diantaranya:
1. Puasa
membiasakan manusia takut kepada Allah SWT
2. Puasa mematahkan
gejolak hawa nafsu dan menjadikan jiwa mampu memalingkan syahwat (hasrat)
menurut keutamaan syara'
3. Puasa menanamkan
syafaat dan rahmat yang memotivasi (menggerakkan) hati kita untuk suka memberi
dan bersedekah
4. Puasa mengandung
arti persamaan, semua orang menjalankan kewajiban puasa
5. Puasa
membiasakan umat hidup teratur
6. Puasa
melenyapkan paham kebendaan (materialistis) yang meresap pada diri kita
Dalam surat al-Baqarah ayat 184 ini Allah mewajibkan berpuasa
dalam beberapa hari yang ditentukan bilangannya, yaitu pada hari-hari bulan
Ramadhan.14 Allah tidak mewajibkan kepada kita untuk melakukan puasa
selama satu tahun penuh atau sebannyak-banyaknya. Karena Allah maha pengasih
dan tidak memberatkan pada para
mukallaf. Jadi, siapapun yang sedang dalam keadaan sakit atau
safar (bepergian), maka jika tidak berpuasa wajib membayak qada" sejumlah
hari-hari yang ditinggalkan. Jika dalam dua keadaan tersebut tetap diwajibkan
pada umumnya orang akan merasa berat.
Kebanyakan ulama' mensyaratkan sakit berat bagi orang yang
membatalkan puasanya. Pendapat Ibn Sirin, Atha dan al-Bukhori yaitu seala jenis
penyakit, baik ringan atau berat, menjadi
rukhsoh (keringanan) seseorang untuk berbuka puasa. Karena bisa
menyengsarakan orang yang sakit, membuat penyakitnya tambah parah dan
memperlambat kesembuhan.
Safar (perjalanan) yang embolehkan kita
berbuka adalah asfar yang membolehkan seseorang untuk mengkosor shola. Yaitu,
jarak satu farskh = 3 mil.
Dalam kitab Sahih al-Bukhori
disebutkan, para sahabat bepergian bersama Nabi. Diantara mereka ada yang
berbuka, dan ada yang yang tetapmelaksanakan puasa. Masing-masing dari mereka
tidak menjelekkan (menyalahkan) yang lain.[9]
Kebanyakan Imam,seperti imam Abu Hanifah,Malik,Syafi'i
berpendapat, berpuasa dalam perjalanan lebih utama bagi mereka yang kuat dan
tidak mengalami kesulitan.Sebaliknya, al-Aua'i, dan Ahmad menyatakan, berbuka
lebih utama, karena rukhsah (keringanan)
yang diberikan oleh Allah kepada umat Islam.[10]
Kesimpulan yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah
orang Islam dapat dibagi mejadi tiga golongan terkit dalammelaksanakan puasa
Ramadhan yaitu:
1. Orang muqim yang sehat dan mampu melakukan
puasa tanpa ada madharal dan maiaqat.
2. Orang sakit dan
atau dalam keadaan safar. Keduanya diperbolehkan untuk tidak berpuasa, tetapi
wajib mengqadha.
3. Orang yang berat
melakukan puasa, karena tidak mungkin berpuasa. Misalnya orang yang tua renta,
sakit keronis, hamil dan menyusui. Tetapi mereka mendapatkan kewajiban untuk
membayar fidyah, sebagai
ganti setiap hari yang ditinggalkan.[11]
Barang siapa yang memberikan fidyahnya melebihi yang
ditentukan (tathawwu', sunnah) yang demikian itu sangat baik baginya dan
pahalanya akan kembali kepadanya. Dan jika kita mengtahui filosofi dan dasar-dasar
diwajibkannya berpuasa maka kita tidak akan pernah mininggalkannya walaupun
satu hari.[12]
KESIMPULAN
Tuhan teriah mewajibkan kita (umat
Muhammad), untuk berpusa sebagaimana para mukmin dan pemeluk agama-agama
sebelum kita juga diwajibkan berpuasa. Pada dasarnya diwajibkannya puasa itu
kepada kita agar kita mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
Puasa menyiapkan diri kita menjadi
orang yang bertakawa diantaranya:
1. Puasa
membiasakan manusia takut kepada Allah SWT
2. Puasa mematahkan
gejolak hawa nafsu dan menjadikan jiwa mampu memalngkan syahwat (hasrat)
menurut keutamaan syara'
3. Puasa menanamkan
syafaat dan rahmat yang memotivasi (menggerakkan) hati kita untuk suka memberi
dan bersedekah
4. Puasa mengandung
arti persamaan, semua orang menjalankan kewajiban puasa
5. Puasa
membiasakan umat hidup teratur
6. Puasa
melenyapkan paham kebendaan (materialistis) yang meresap pada diri kita
Orang Islam dapat dibagi mejadi tiga
golongan terkit dalammelaksanakan puasa Ramadhan yaitu:
1. Orang muqim yang sehat dan mampu melakukan puasa
tanpa ada madharat dan masaqat.
2.
Orang sakit dan atau dalam keadaan safar. Keduanya
diperbolehkan untuk tidak berpuasa, tetapi wajib mengqadha.
Orang yang berat melakukan puasa,
karena tidak mungkin berpuasa. Misalnya orang yang tua renta, sakit keronis,
hamil dan menyusui. Tetapi mereka mendapatkan kewajiban untuk membayar fidyah, sebagai ganti setiap hari yang
ditinggalka.
[1] Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi 'i (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2007), 541.
[2] Syekh Ahmad Jad, Shahih Fiqh as-Sunnah U an-Nisa'
(Mesir: Dar al-Ghad al- Jadid al-Mansura, ,201.
[3] Luthfi Hadi
Aminuddin, Tafsir Ayat Ahkam (Pcnorogo: STAIN Po
Press, 2008), 102.
[4] Ibid,.
[6] Imam Jalaluddin
al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuti,
Terjemah Tafsir Jalalain Berikut sbabun
Nuzul, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), Jilid I, 93.
[7] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur (Semarang:
Pustaka i/cki, 2000), 293.
[8] Ibid,.
[9] Muhammad al-Ghozali, Tafsir al-Ghozali
(Yogjakarta: Islamika, 2004), 121.
[10] Syekh Ahmad Jad, Shahih Fiqh as-Sunnah U an-Nisa'
(Mesir: Dar al-Ghad al- Jadid al-Mansura, ,201.
No comments:
Post a Comment