Friday, October 14, 2016

Konsep Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksianisme Dan Implikasinya terhadap Peserta Didik dalam Pendidikan

Konsep Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksianisme
Dan Implikasinya terhadap Peserta Didik dalam Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran rekonstruksianisme di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstruksianisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksianisme ini, peradaban manusia masa depan sangat di tekankan. Di samping itu aliran rekonstruksianisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana konsep aliran filsafat Rekonstruksianisme?
b.      Siapa tokoh aliran filsafat Rekonstruksianisme?
c.       Bagaimana implikasinya aliran Rekonstruksianisme terhadap peserta didik dalam pendidikan?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep aliran filsafat Rekonstruksianisme
Kata rekonstruksianisme dalam bahasa Inggris rekostruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksianisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran rekonstruksianisme, pada prisipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Walaupun demikian prinsip yang dimiliki oleh rekonstruksianisme tidaklah sama dengan prinsip yang dimiliki oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam upaya pemecahan untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan.
Aliran perenialisme memilih cara tersendiri yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau dikenal dengan ‘regresive road culture” yang mereka anggap paling ideal. Sementara, aliran rekonstruksianisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsesus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksianisme berupaya mencari  kesepakatan antar sesama manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksianisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerja sama antar umat manusia.[1]
Dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan , diperlukan adanya kerja sama semua bangsa-bangsa. Para penganut aliran rekonstruksianisme berkeyakinan bahwa bangsa-bangsa di dunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan baru di bawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan mayoritas umat manusia. [2]
Rekonstruksianisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksianisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.[3]
Selain itu, aliran ini juga berpandangan bahwa pendidikan hendaknya memelopori melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik, karena itu pendidikan harus mengembangkan ideology kemasyarakatan yang demokratis.
Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru  dengan memperbaharui kurikulum lama.
Progesivisme pendidikan didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidangstudi. Ini berkelanjutan pada pendidikan rekonstruksionisme yaitu guru harus menyadarkan si peserta didik terhadap masalah0masalah yang dihadapi amnusia untuk diselesaikan, sehingga anak didik memiliki kemampuan untuk memcahkan masalah tersebut.[4]


B.     Tokoh aliran filsafat rekonstruksianisme
1.      John Dewey
Memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus menerus dalam kehidupan. Sekolah haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat, dan pendidikan sebagai alat untuk membangun masyarakat masa depan.[5]
2.      George S. Count
George S. Count mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru  secara keseluruhan. Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial, daripada pendidikan hanya mempertahankan status quo.[6]
Dengan permasalahan-permasalahan yang ada pada masyarakat indonesia sekarang, rekonstruksionisme perlu dilakukan untuk mengubah tatanan lama menjadi tatanan baru yang lebih bisa mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan rekonstruksionisme pendidikan setidaknya sekolah tidak hanya melakukan pembelajran tentang ilmu-ilmu, tetapi juga mendidik peserta didiknya agar kelak menjadi masyarakat yang baru dan lebih baik.
C.    Implikasi aliran filsafat rekonstruksianisme terhadap peserta didik dalam pendidikan
Siswa hendaknya dipandang sebagai bunga yang sedang mekar.[7] Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.[8] Lembaga (sekolah) yang bertanggung jawab atas pemberian pelajaran yang logis. Dalam hal ini peranan peserta didik adalah belajar dengan baik dan sesuai dengan yang di tentukan oleh sekolah tersebut.
Aliran rekonstruksianisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas norma dan nilai pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah  oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh dunia tertentu untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan.
Rekonstruksianisme menginginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana bebas. [9]
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggunng jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.[10]








BAB III
KESIMPULAN

A.    Konsep aliran filsafat Rekonstruksianisme
Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksianisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
B.     Tokoh aliran filsafat rekonstruksianisme
1.      John Dewey
Memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus menerus dalam kehidupan.
2.      George s. Count
George S. Count mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru  secara keseluruhan.
C.    Implikasi aliran filsafat rekonstruksianisme terhadap peserta didik dalam pendidikan
Siswa hendaknya dipandang sebagai bunga yang sedang mekar. Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.



DAFTAR PUSTAKA
     
As’ad, Basuki i dan Miftahul Ulum. Pengantar Filsafat Pendidikan. Ponorogo: Stain Po Press. 2010.

Blogspot.in/2012/05/aliran-filsafat-pendidikan.html.

http://filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme1.html.

Mudyaharjo. Redja. Pengantar Pendidikan “Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.

Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. 2003.

Zuhairi. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.





       [1] Basuki As’adi dan Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan (Ponorogo: Stain Po Press, 2010), 30-31.
       [2] Zuhairi, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 29-30.
       [3] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2003), 167.
       [4] http://filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme1.html.
       [5] Basuki As’adi dan Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, 31.
       [6] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, 168.
       [7] Basuki As’adi dan Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, 50.
       [8] Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan “Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 157.
       [9] Blogspot.in/2012/05/aliran-filsafat-pendidikan.html
       [10] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, 171.

No comments:

Post a Comment