Thursday, October 20, 2016

PENGELOLAAN KELAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para pengajar ada juga pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Jawabnya sederhana, pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang komplek dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik mencapai tujuan pengajaran efisien dan mereka dapat belajar. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satupun pendekatan yang dikatakan paling baik.
Dengan masalah yang bukan lagi rahasia umum itu maka penulis menarik kesimpulan untuk lebih membuka lagi mengenai judul yang akan kami bahas yaitu pengelolaan kelas. Yang mana di dalamnya terdapat beberapa masalah-masalah pengelolaan kelas untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan di dalam pembahasan bab II.
B.  Rumusan Masalah
1.     Apa makna Pengelolaan Kelas?
2.    Apa saja pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan kelas?
3.    Apa saja prinsip pengelolaan kelas?
4.    apa saja masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kelas?
5.    Bagaimana penataan ruang kelas yang baik?
6.    Bagaimana cara pengaturan anak didik?


7.     

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Makna Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas berarti suatu upaya mendayagunakan potensi kelas.[1] Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas sesungguhnya merupakan bagian dari tugas penting yang harus dilakukan oleh guru, pada setiap kali melakukan kegiatan belajar mengajar. Setiap kali guru masuk ke dalam kelas, sesungguhnya ia menghadapi dua masalah yang saling berkaitan. Pertama, masalah yang berkaitan dengan kesuksesan dalam memimpin proses pembelajaran dan mengantarkan para siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan yang kedua, masalah yang berkaitan dengan penciptaan keadaan kelas yang mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar secara tertib.[2]
Made Pidarta mengatakan, pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara system/organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sedangkan menurut Sudirman N, pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari kehari dan bahkan dari waktu kewaktu tingkahlaku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional anak didik.
Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.[3]

B.  Prinsip-prinsip Pegelolaan Kelas
1.    Behavior Modification Approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku, yang “baik” maupun “yang kurang baik” merupakan hasil proses belajar. Adapun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extinction), dan penguatan negative (negative reinforcement).
2.    Socio-Emosional Climate Approach
Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru-peserta didik dan antara peserta didik, dan guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
3.    Group-Processess Approach
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi social dan dinamika kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial, dan tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
4.    Eclectical Approach
Seorang guru seogyanya menggunakan pendekatan eklektik. Untuk maksud itu maka seorang guru seyogyanya menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku. Penciptaan iklim sosioemosional dan proses kelompok, dan dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas. Padagilirannya, kemampuan guru memilih strategi pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung ada kemampuannya menganalisis masalah pengelolaan kelas yang dihadapinya.[4]

C.  Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Di dalam melakukan pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru , di antaranya:
1.      Pendekatan Kekuasaan
Guru yang menggunakan pendekatan ini dapat menggunakan berbagai strategi antara lain: a) membuat dan menjalankan peraturan; b) mengeluarkan pengarahan dan perintah; c) memberikan teguran atau perintah; d) mengadakan pengawasan.
Peran guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan tersebut menuntut adanya suatu kekuatan yang dapat menekan anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya terdapat kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Adapun pengelolaan kelas dengan pendekatan ancaman atau intimidasi, adalah suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek, menyindir, memaksa dan sebagainya. Dengan pendekatan ini, setiap perbuatan peserta didik yang dianggap menyimpang dapat diatasi dengan cara mengintimidasi.
3.      Pendekatan Kebebasan
Peran dan fungsi guru dalam pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan ini adalah mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, kapan dan di mana saja. Pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan ini didasarkan pada sebuah asumsi, bahwa pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang membantu peserta didik agar  merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pengelolaan kelas dengan pendekatan resep adalah sebuah pengelolaan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam menghadapi semua masalah atau situasi yang terjadi dalam kelas.
5.      Pendektan Pengajaran
Selanjutnya, pengelolaan kelas dengan pendekatan pengajaran, adalah pengelolaan kelas yang didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya tingkah laku peserta didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak dapat dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Dalam hubungan ini, peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Melalui pendekatan perubahan tingkah laku, pengelolaa kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Pendekatan ini didasarkan pada asas psikologi tingkah laku yang menyandarkan pada asumsi, bahwa: a)seluruh tingkah laku yang baik atau buruk merupakan hasil belajar; b)terdapat sejumlah kecil proses psikologis yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya pose belajar.
7.      Pendekatan Emosi dan Hubungan Sosial
Pengelolaan kelas dengan pendekatan emosi dan hubungan sosial (socio-emotional climate approach) adalah pengelolaan kelas yang didasrkan pada pendekatanpsikologi klinis dan konseling (peyuluhan).pendekatan ini didasrkan pada asusi bahwa: a)proses belajar mengajar yang efektif mensyaratkan iklim sosioemosional yang baik antara guru dan peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya; dan b)guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya sosio-emosional yang baik.
8.      Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok dimaksudkan untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dengan menempatkan proses kelompok sebagai yang paling utama. Pendekatan tesebut didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika masyarakat dengan asumsi dasarnya, bahwa: a)pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial; b)tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
9.    Pendekatan Elektis
Yang terakhir, adalah pendekatan elektis (electic approach) yan menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.[5]

D.   Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi perilaku anak didik merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1.    Kurang kesatuan.
2.    Tidak ada standart perilaku dalam bekerja kelompok.
3.    Reaksi negatif terhadap anggota kelompok.
4.    Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
5.    Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu.
6.    Moral rendah, permusuhan, permusuhan, agresif.
7.    Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.
Variasi perilaku anak didik menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebab itu adalah:
a.    Pengelompokan.
b.    Karakteristik individual.
c.    Kelompok pandai merasa terhadap terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia.
d.   Dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tegang atau cemas.
e.    Dari oganisasi kurikulum tentang tim teaching.[6]

E.  Penataan Ruang Kelas
Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, perlu memperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Dalam pegaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1.    Ukuran dan bentuk kelas.
2.    Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik.
3.    Jumlah anak didik dalam kelas.
4.    Jumlah anak didik dalam setiap kelompok.
5.    Jumlah kelompok dalam kelas.
6.    Komposisi anak didik dalam kelompok.
Dalam penataan ruang kelas, pengaturannya bisa berdasarkan tujuan pengajaran, waktu yang tersedia, dan kepentingan pelaksanaan cara belajar siswa aktif.
1.    Pengaturan Tempat Duduk
Dalam belajar anak didik memerlukan tempat duduk. Tempat duduk memengaruhi anak didik dalam belajar. Sebaiknya tempat duduk anak didik itu tidak berukuran terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya sesuai keinginan. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Sudirman N mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk seperti:
a.    Posisi berhadapan
b.    Posisi setengah lingkaran
c.    Posisi berbaris kebelakang
2.    PengaturanAlat-AlatPengajaran
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah:
a.    Perpustakaan kelas
b.    Alat peraga/media pengajaran
c.    Papan tulis, kapur tulis, dan lain-lain
d.   Papan presensi anak didik
3.    Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
a.    Hiasan dinding, hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran
b.    Penempatan lemari
c.    Pemeliharaan kebersihan
4.    Ventilasidan Tata Cahaya
Ventilasi harus sesuai dengan ruangan kelas dan pengaturan cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup. Cahaya masuk dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.[7]

F.   Pengaturan Anak Didik
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Sisi lain yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu dalam pengelompokan anak didik. Pola pengelompokan anak didik bermaksud agar kelas tidak didominasi oleh satu kelompok, tetapi yang terjadi dalam belajar ialah persaingan yang positif.
1.    Pembentukan Organisasi
Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran.
Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekretaris, dan beberapa buah seksi sesuai keperluan. Pemilihan para personel kelas dilakukan oleh anggota kelas secara demokratis dengan dibimbing oleh guru kelas. Dengan kegiatan seperti itu berarti guru sudah melakukan fungsi manajerial.
2.    Pengelompokan Anak Didik
Dalam upaya melayani kegiatan belajar anak didik yang optimal, pengelompokan anak didik mempunyai arti penting. Rumusan tentang pengelompokan anak didik menurut Conny Semiawan, dkk. Mengemukakan konsepnya sebagai berikut:
a.    Pengelompokan Menurut Kesenangan Berkawan
Pada pengelompokan ini anak didik dibagi dalam beberapa kelompok atas dasar perkawanan atau kesenangan bergaul di antara mereka. Kelompok terdiri dari 4-6 orang atau lebih yang menurut mereka merupakan kawan-kawan dekat.
b.    Pengelompokan Menurut Kemampuan
Kenyataan menunjukkan dalam mempelajari sesuatu, ada anak didik yang pandai, sedang, dan lambat. Untuk memudahkan pelayanan guru, anak didik dikelompokkan ke dalam kelompok cerdas, sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokan seperti ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran. Pengelompokan demikian akan menuntut program-program khusus untuk membantu para anak didik tertentu yang mengalami kesulitan khusus dalam mata pelajaran tertentu.
c.    Pengelompokan Menurut Minat
Anak didik yang berminat melakukan kegiatan belajar yang sama dikelompokkan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terus menerus mengamati setiap anak didik. Disamping itu, guru perlu member dorongan kepada anak didik unuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain.
Pola lain dalam membentuk kelompok-kelompok belajar dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a.    Pembentukan kelompok diserahkan kepada anak didik
b.    Pembentukan kelompok diatur oleh guru sendiri
c.    Pembentukan kelompok diatur oleh guru atas usul anak didik.



KESIMPULAN


A.  Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.

B.  Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
1.    Behavior Modification Approach
2.    Socio-Emosional Climate Approach
3.    Group-Processess Approach
4.    Eclectical Approach

C.  Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Di dalam melakukan pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru , di antaranya: Pendekatan Kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan emosi dan hubungan social, pendekatan kelompok, dan pendekatan elektis.

D.  Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku anak didik adalah: Kurang kesatuan, tidak ada standart perilaku dalam bekerja kelompok, reaksi negatif terhadap anggota kelompok, kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru, mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, moral rendah, permusuhan, permusuhan, agresif, dan tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.
E.   Penataan Ruang Kelas
Dalam pegaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: ukuran dan bentuk kelas, bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik, jumlah anak didik dalam kelas, jumlah anak didik dalam setiap kelompok, jumlah kelompok dalam kelas, komposisi anak didik dalam kelompok.

F.   Pengaturan Anak Didik
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Sisi lain yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu dalam pengelompokan anak didik. Pola pengelompokan anak didik bermaksud agar kelas tidak didominasi oleh satu kelompok, tetapi yang terjadi dalam belajar ialah persaingan yang positif.
1.    Pembentukan Organisasi
2.    Pengelompokan Anak didik.





       [1] Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2009), 339.
       [2] Ibid., 340.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Guru danAnakDidikdalamInteraksiEdukatif (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2000), 172-173.
[4] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran: Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional (Jakarta: RinekaCipta, 2010), 170-178.
                [5] Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran ,  342-349.
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 173-174.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 174-175.

No comments:

Post a Comment