Konsep Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksianisme
Dan Implikasinya terhadap Peserta Didik dalam Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran
rekonstruksianisme di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai
bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstruksianisme
menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksianisme ini, peradaban manusia masa
depan sangat di tekankan. Di samping itu aliran rekonstruksianisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep aliran filsafat Rekonstruksianisme?
b. Siapa tokoh aliran filsafat Rekonstruksianisme?
c. Bagaimana implikasinya aliran Rekonstruksianisme terhadap peserta didik
dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep aliran filsafat Rekonstruksianisme
Kata rekonstruksianisme dalam bahasa Inggris rekostruct
yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstruksianisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran rekonstruksianisme, pada prisipnya
sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan
modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman
yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran.
Walaupun demikian prinsip yang dimiliki oleh
rekonstruksianisme tidaklah sama dengan prinsip yang dimiliki oleh aliran perenialisme.
Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam upaya pemecahan untuk
mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan.
Aliran perenialisme memilih cara tersendiri
yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau dikenal dengan ‘regresive
road culture” yang mereka anggap paling ideal. Sementara, aliran
rekonstruksianisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsesus
yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat
manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksianisme berupaya
mencari kesepakatan antar sesama manusia
atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu
tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam
pandangan rekonstruksianisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut
memerlukan kerja sama antar umat manusia.[1]
Dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan ,
diperlukan adanya kerja sama semua bangsa-bangsa. Para penganut aliran
rekonstruksianisme berkeyakinan bahwa bangsa-bangsa di dunia mempunyai hasrat
yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan baru di
bawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan mayoritas umat manusia. [2]
Rekonstruksianisme merupakan kelanjutan dari
gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa
kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah
masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksianisme dipelopori oleh
George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru,
masyarakat yang pantas dan adil.[3]
Selain itu, aliran ini juga berpandangan bahwa
pendidikan hendaknya memelopori melakukan pembaharuan kembali atau
merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik, karena itu
pendidikan harus mengembangkan ideology kemasyarakatan yang demokratis.
Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan
kelanjutan dari gerakan progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Dalam aliran
rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru dengan memperbaharui kurikulum lama.
Progesivisme pendidikan didasarkan pada
keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada keyakinan bahwa pendidikan harus
terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidangstudi. Ini
berkelanjutan pada pendidikan rekonstruksionisme yaitu guru harus menyadarkan
si peserta didik terhadap masalah0masalah yang dihadapi amnusia untuk
diselesaikan, sehingga anak didik memiliki kemampuan untuk memcahkan masalah
tersebut.[4]
B. Tokoh aliran filsafat rekonstruksianisme
1. John Dewey
Memandang pendidikan sebagai rekonstruksi
pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus menerus dalam kehidupan. Sekolah
haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat, dan
pendidikan sebagai alat untuk membangun masyarakat masa depan.[5]
2. George S. Count
George S. Count mengemukakan bahwa sekolah
akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat
baru secara keseluruhan. Masyarakat yang
menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan
bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial, daripada pendidikan hanya mempertahankan status quo.[6]
Dengan permasalahan-permasalahan yang ada pada
masyarakat indonesia sekarang, rekonstruksionisme perlu dilakukan untuk
mengubah tatanan lama menjadi tatanan baru yang lebih bisa mengurangi bahkan
menghilangkan masalah-masalah ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat.
Dengan rekonstruksionisme pendidikan setidaknya sekolah tidak hanya melakukan pembelajran
tentang ilmu-ilmu, tetapi juga mendidik peserta didiknya agar kelak menjadi
masyarakat yang baru dan lebih baik.
C. Implikasi aliran filsafat rekonstruksianisme terhadap peserta didik dalam
pendidikan
Siswa hendaknya dipandang sebagai bunga yang
sedang mekar.[7]
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun
masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur
sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.[8]
Lembaga (sekolah) yang bertanggung jawab atas pemberian pelajaran yang logis.
Dalam hal ini peranan peserta didik adalah belajar dengan baik dan sesuai
dengan yang di tentukan oleh sekolah tersebut.
Aliran rekonstruksianisme berkeyakinan bahwa
tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa.
Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan
membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas norma dan nilai pula demi
generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru
dalam pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa
depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia
yang dikuasai oleh dunia tertentu untuk secara konstruktif menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu
pengetahuan.
Rekonstruksianisme menginginkan pendidikan
yang membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai
dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada
dalam suasana bebas. [9]
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke
sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggunng jawab
sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.[10]
BAB III
KESIMPULAN
A. Konsep aliran filsafat Rekonstruksianisme
Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstruksianisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
B. Tokoh aliran filsafat rekonstruksianisme
1. John Dewey
Memandang pendidikan sebagai rekonstruksi
pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus menerus dalam kehidupan.
2. George s. Count
George S. Count mengemukakan bahwa sekolah
akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat
baru secara keseluruhan.
C. Implikasi aliran filsafat rekonstruksianisme terhadap peserta didik dalam
pendidikan
Siswa hendaknya dipandang sebagai bunga yang
sedang mekar. Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras untuk menjadi
insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Basuki i dan Miftahul Ulum. Pengantar Filsafat
Pendidikan. Ponorogo: Stain Po Press. 2010.
Blogspot.in/2012/05/aliran-filsafat-pendidikan.html.
http://filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme1.html.
Mudyaharjo. Redja. Pengantar Pendidikan “Sebuah Studi
Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia”.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat
Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. 2003.
Zuhairi. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara. 2003.
No comments:
Post a Comment